Mengenang Ibuku di Senja Satu Desember itu

by | Dec 1, 2017 | Sastra | 0 comments

hari ini satu desember lagi ibu

seperti setiap satu desember enam tahun terakhir

pagi ini satu duka cita dan satu suka cita

kembali tertoreh bersama

 

Ibu…,

tujuh belas tahun silam kau hembuskan nafas akhirmu

tepat sehari setelah kumohon restumu menapak ke ranah jiran

masih hangat terasa kecupmu di kening

saat kabar kepergianmu menggetarkan jiwa

butuh perjuangan panjang

kembali ke sisi jasadmu

mengenang kecupan terakhir dan sentuhan tanganmu

yang hilang untuk selamanya

 

di setiap satu desember sepuluh tahun berikutnya

hanya duka cita yang tergores atas kehilanganmu

 

lalu…,

satu desember sebelas tahun kemudian

cucumu lahir menggeser duka atas kepergianmu

kedatangannya mengalirkan kebahagiaan

 

sejak itu kujalin keakraban dengan bayi mungilku

mengganti popoknya atau memandikannya

meluluri kulitnya dengan kehangatan

menaburi tubuhnya dengan kelembutan

kadang aku begadang karena kegelisahannya

atau terjaga karena rintihannya

sering kukecup matanya yang jernih

membelai kulitnya yang halus

 

tapi, alangkah tak berdayanya bayi kecil ini

betapa rentan tubuh itu di usianya

beragam tantangan mengancam di sana sini

badannya ringkih tak berdaya

sepenuhnya pasrah pada kehendak alam

apa dayanya tanpa dekapan ibu

 

sebuah tanya mengetuk di benakku

selemah inikah dulu diriku

seringkih inikah aku di usia berbilang hari seperti ini

 

tentu saja

jawabku sendiri

 

untuk menyusu di dada ibu

atau untuk sekedar bernapas dengan baik

mesti ada tangan ibu yang menuntun

mesti ada cinta yang menghangatkan

aku tak mungkin hidup hingga kini

tanpa kasihmu ibu

 

Ibu…,

tanggal wafatmu yang sama dengan tanggal lahir cucumu

bagai untaian pesan terang benderang

pertempuranmu kala melahirkanku

dan pengorbananmu agar aku tetap bernafas

adalah dekapan tangan kehidupan

engkau bukan sekedar sumber kasih sayang

engkau adalah cinta Tuhan

dalam wujud seorang Ibu.

 

kau merawatku dalam sehat dan sakitku

dalam bersih dan kotorku

bahkan andai jika aku terlahir tak sempurna

 

ibu…,

seperti tujuh belas tahun lalu

hari ini kukembali kehilanganmu

tetapi di mata cucumu yang berbinar

kulihat engkau tersenyum

 

hanya seuntai do’a yang bisa kubisikkan

Ya Allah

Sayangi ibuku lebih dari dia menyangiku selama hidupnya

 

 

0
0
Andi P. Rukka ◆ Professional Writer and Active Poetry Writer

Andi P. Rukka ◆ Professional Writer and Active Poetry Writer

Author

ASN di Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Wajo. Tulisan Andi P. Rukka sangat khas, berusaha mengkritisi ketidakberdayaan sebagian besar birokrat di negeri ini.

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekilas Pergerakan Birokrat Menulis

Galeri Buku

Event

Diskusi STIA LAN

Diskusi Makassar

Diskusi Tjikini

Kerja sama dengan Kumparan

Mengikuti Kompetisi Riset KPK

Narasumber Diskusi Publik UGM

Program Dialog

Popular Post