Lamunan di Suatu Sore: Mengenang 30 Tahun Lalu dan 30 Tahun Lagi
Di sini
Di bangku sebelah kiri
Mata mudaku memandang lagi
Berderet bangunan itu tertata rapi
Rumah baru yang beratap nyaris sama, satu dengan yang lain
Tak percaya dengan yang kulihat, kuusap lagi mata mudaku ini
Bangunan yang berderet masih tampak sama
Tak salah rupanya mataku ini
Yang baru kulihat itu adalah nyata, bukanlah khayal
Inikah bangunan masa depan itu?
Inikah masa depan itu?
Di tempat yang serba sama inikah nanti para manusia menghabiskan hidupnya?
Tidakkah mengherankan jika bertamu seperti berada di rumah sendiri?
Tidakkah hidup ini akan jenuh?
Bus pun melaju dengan kecepatan tinggi
Melaju terus, lurus, berkelok-kelok, menyusuri Padang – Bukittinggi
Pikiranku pun terbang jauh melayang tinggi
Terbang jauh menuju masa depanku
Saat nanti ‘ku sudah mandiri
Akankah suatu saat nanti aku akan tinggal di bangunan tadi?
Di rumah yang tampak dalam dan luarnya sama?
Mestinya, aku tidak boleh gamang …
Mungkin diriku tak perlu bertanya
Sebab, hidupku pun lama di bawah atap rumah sewaan
Mungkin … angan-angan itu muncul karena aku lelah tinggal di rumah sewaan
Angan-angan itu pun menghasilkan ketakutan
Ingin hidup di rumah yang berbeda
Sebuah rumah yang rancangannya tidaklah sama dari tetangga
Aahhh… angan-anganku ini mungkin terlalu tinggi.
Kata orang, hidup haruslah membumi
Hidup haruslah tahu diri
‘Ku pun menyadari
Kalaupun nanti tidak mampu memiliki
Setidaknya, angan-angan itu pernah ada
Waktulah yang membuktikan
Akankah angan-angan ini kan tetap tinggal sebagai sebuah mimpi?
Atau bisa terjadi …
Itulah lamunan sore dengan mata mudaku tahun ’80-an
Ketika lulus SMA menjadi ‘anggota klub’ pengangguran
Lamunan sore itu, kini berumur 30 tahun sudah
Lamunan sore itu, kini terealisasi sudah …
Tapi kini mata muda itu mulai menua …
Akankah aku hidup 30 tahun lagi?
Mungkin lebih lama, mungkin saja lebih cepat
Tidak ada yang tahu pasti
Hanya Yang Maha Penguasa Waktulah yang tahu
Sore ini, hidupku bukanlah lagi mencari
Bukan lagi bagaimana memiliki
Hidupku adalah bagaimana berbagi
Bagaimana hidupku lebih berarti
Bukan lagi tentang diriku sendiri
Hidup mestilah tidak lupa diri
Hidup haruslah tahu diri
Hidup haruslah membumi
Pada akhirnya, bangunanku itu
Adalah bangunan yang berderet pula
Berukuran satu kali dua
Suka atau tidak suka
Akan menjadi tempatku lebih lama
Lebih lama dari angan-angan ini
Lebih lama dari angan-anganku 30 tahun lalu
Lebih lama dari angan-anganku 30 tahun lagi
Hidup haruslah tahu diri
Hidup haruslah membumi
Aku harus ingat kemana kan kembali